Minggu, 23 September 2018

Coban Rais

**KEMBANG DAN KUMBANG**
Seorang penyair mengamati kuncup kembang itu
Ia tunggu mekarnya dengan rindu
Tiap pagi ia sirami
Ia jaga dari jahatnya sepi
Sesaat setelah kembang itu mekar
Seekor kumbang jantan datang
Mencumbuinya dengan mesra
kemudian penyair mengabadikannya
dalam serangkai puisi
Tentang sebuah asmara
Kumbang jantan datang Beberapa kali sehari
Bak pengantin baru yang mau lagi dan mau lagi
Ia mulai curiga: ini cinta atau sekedar berahi...?
Namun pada tengarainya Kembang dan kumbang itu tak peduli
Hingga pada suatu pagi ia dapati kembang telah layu
Dan kumbang tak lagi datang tuk merayu
Ia menangis, teriris :
Mengapa asmara harus Berakhir begini tragis..?
Ia ambil secarik kertas, menulis lagi
Tinta menggores titik airmata
kertas suci belepotan murka
“dasar kumbang jalang !”
Goresan penanya menerjang
Seketika sajaknya viral
Dibaca-kagumi jutaan Pengguna media sosial
Namanya fenomenal
Terlebih setelah sajak itu Dijadikan karya musikal
Dilantunkan oleh musisi terkenal
Seluruhnya mengutuksumpahi kumbang jantan
Bahkan beberapa meyakini Kumbang itu jelmaan setan
Dan halal darahnya untuk dicurahkan
Seorang bocah ingusan yang penasaran
Singgah ke halaman penyair Yang mendadak kenamaan
Dan mendadak pindah ke rumah megah yang tak punya lagi halaman
Di halaman itu bocah ingusan menemukan
Kembang yang layu telah kembali kembang
Dan kumbang yang dulu telah kembali datang
Ia buntuti kemana pun Kumbang jantan itu pergi
Kemudian berhenti di sebuah Sudut halaman sepi
Mata bocah seketika tercerahkan
Melihat kumbang ternyata tak hanya jantan
Ada seekor betina menunggu setia
Pejantannya pulang Membawakan madu untuknya
Dari jutaan orang yang tengah Gandrung memaki kumbang
Hanya bocah itu yang memaki penyair:
“Dasar penyair goblok..!
Kumbang jantan itu Pasangannya bukan bunga
namun kumbang betina..!”
( Tirtasari residence. 19 September 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar