Senin, 23 September 2019

SANG TERAKHIR

*** SELAMAT ULANG TAHUN, SANG TERAKHIR ***
Saat semua bertanya;
"Apa yang membuatmu memilihnya?
Apa yang akhirnya membuatmu menjadikan dia pilihan terakhirmu?"
Akan kujawab;
"Dialah tempat ternyamanku.
Padanya aku yakin menunjukkan siapa sebenarnya aku.
Apa cacatku dan lebihku.
Padanya tak kutemukan keluhan atas ketidakmampuanku.
Padanya tak kutemukan caci atas celaku.
Bahkan sebaliknya, ia bangunkan aku.
Membanggakanku saat yang lainnya menyerah atasku.
Padanya semua itu kutitipkan dengan yakin.
Dan dengan indahnya dia menyambutku bersama semua hal burukku.
Dia yang kutemukan tepat tak terlambat.
Dan yang kutemukan tanpa rencana.
Dia disana menungguku tawarkan tulus saat semua sejenisnya harapkan pamrih.
Dia disana menungguku suguhkan senyum saat semua sejenisnya rencanakan tangis.
Parasnya, tak hanya itu indahnya.
Sederhananya, bukan sebatas itu kemampuannya.
Dia tak suka berlebih atau dilebihkan.
Tak butuh diakui dengan cara tinggi.
Dia memberi saat aku tak punya.
Meski itu disaat ketidakpunyaannya.
Dia selalu berusaha sempurna untukku.
Walau sebenarnya tanpa itu dia sudah cukup sempurna.
Dia akan menambal lubang yang ada padaku meski itu harus menciptakan lubang baru padanya.
Dan akan kuupayakan menambal lubang yang ada padanya meski itu juga harus membuat lubang baru padaku.
Dia akan tertawa saat ingin tertawa.
Dia akan menangis saat ingin menangis.
Dia akan bermanja saat aku berhasil ciptakan rasa nyaman di sisinya.
Bahkan dia akan marah saat sesuatu tak menyenangkan kuberikan padanya.
Begitulah dia, sebegitu adanya.
Seadanya.
Dialah perempuanku yang tak lagi malu mengeluarkan suasana hatinya di depanku.
Meluapkan segalanya tanpa malu.
Menjadikan dirinya adalah aku.
Dan jika saja semua tentangnya harus kutuliskan dalam kertas, akan tiada cukup selembar.
Dan kau pasti akan jenuh membacanya".
Itu jawabanku.
Akan kujawab demikian.
Terima kasih Tuhan karena menciptakan makhluk indah sepertinya.
Terima kasih Sayang karena ternyata kaulah sosok itu.
Aku menyayangimu, masih sehebat kemarin.
Bahkan kian hebatnya hari ini.
Yang kuyakin kian hebatnya pula nanti.
Menua sudah dirimu.
Tak lagi muda dan belia.
Tegar, aku tak ragukan itu darimu.
Tetaplah sederhana.
Tetaplah cemburu dan menyebalkan.
Karena aku suka itu.
Maka tetaplah demikian untuk kita kini.
Untuk kita di ratusan Ulang Tahunmu nanti.
Kaulah kekasihku, sahabat hidupku.
Yang kurencanakan terakhir.
Selamat Ulang Tahun, Sang Terakhir.
( Tirtasari Recidence. 01.10 10 September 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar